Penjelasan tentang Cultivated Meat
Daging sudah menjadi bahan makanan untuk manusia sejak dahulu kala. Daging yang biasa dikonsumsi oleh manusia diperoleh dari hewan – hewan yang diternakkan seperti ayam, sapi, kerbau, dan hewan – hewan lainnya. Manusia mendirikan peternakan agar lebih mudah untuk membudidayakan hewan supaya kebutuhan manusia akan daging dapat dipenuhi dengan mudah.
Seiring berjalannya waktu dan semakin canggihnya teknologi, muncul cara baru untuk menghasilkan daging. Perkembangan teknologi memungkinkan manusia untuk memperoleh daging tanpa harus memelihara dan membesarkan sebuah hewan ternak. Daging yang dihasilkan dengan metode seperti ini disebut dengan cultivated meat.
Cultivated meat merupakan daging yang dihasilkan melalui serangkaian proses dalam sebuah laboratorium. Metode yang digunakan untuk menghasilkan cultivated meat tidak sama dengan beternak. Jika menggunakan metode beternak konvensional, peternak harus memelihara sebuah hewan ternak dari kecil, merawat, menjaga kesehatan, dan memberi makan hewan ternak hingga mereka bisa dipanen. Metode yang digunakan dalam pembuatan cultivated meat tidak melakukan seluruh proses tersebut, melainkan hanya mengambil “sebagian” kecil dari hewan ternak tersebut.
Sejarah Cultivated Meat
Cultivated meat sebenarnya bukan sebuah hal yang baru. Semenjak abad 20 peneliti telah mencari cara lain untuk memperoleh daging dengan cara beternak. Penelitian untuk menghasilkan daging melalui proses laboratorium terus dilakukan, hingga pada tahun 2011, burger dengan daging yang berasal dari proses laboratorium berhasil diciptakan. Peristiwa ini dianggap sebagai bukti bahwa pembuatan daging artifisial tersebut sangat mungkin untuk dilakukan, walau pada saat itu biaya produksi daging burger tersebut sangat mahal, yakni 300.000 euro. Beberapa tahun berselang, banyak perusahaan yang bergerak di bidang daging artifisial muncul. Good Food Institute, Upside Food, Mosa Meat, mereka adalah contoh perusahaan yang memproduksi daging tersebut.
Pada tahun 2020, negara tetangga kita, Singapura, telah mengizinkan daging buatan tersebut untuk beredar di negaranya, membuat Singapura sebagai negara pertama yang melakukan hal tersebut. Selain Singapura, sejauh ini baru Amerika Serikat dan Israel saja yang menyetujui terkait produksi cultivated meat.
Cara Pembuatan
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pembuatan cultivated meat tidak memerlukan kita untuk merawat hewan ternak dari bayi hingga dewasa, melainkan hanya dengan mengambil sebagian kecil dari hewan ternak dewasa. Dalam pembuatan daging artifisial tersebut, kita hanya mengambil sebagian sel hewan ternak sehat yang masih hidup. Selain berasal dari hewan ternak yang masih hidup, sel juga bisa diperoleh dari hewan yang baru saja disembelih. Proses ini sama sekali tidak menyakiti hewan yang diambil sel nya.
Sel – sel yang telah diambil, selanjutnya akan dimasukkan kedalam sebuah cultivator. Dalam cultivator tersebut sel – sel tadi akan diberikan nutrisi dan oksigen agar dapat bertahan hidup. Proses ini akan dapat memakan waktu sampai delapan minggu tergantung dengan jenis daging yang diproses. Dalam jangka waktu ini, sel yang digunakan tadi akan terus tumbuh dan berkembang membentuk jaringan daging dan lemak. Sel yang pada awalnya hanya berjumlah satu, kini telah berkembang menjadi triliunan sel.
Kelebihan Metode Cultivated Meat
Cultivated meat dianggap sebagai alternatif untuk konsumsi daging. Dibuat dengan cara yang berbeda dari cara konvensional, namun tetap mempertahankan tekstur, aroma, dan rasa dari daging tersebut. Kelebihan memproduksi daging dengan cara ini antara lain :
- Mengurangi penggunaan lahan, air, serta nutrisi yang dibutuhkan selama proses produksi.
- Mengurangi emisi gas rumah kaca.
- Mengurangi risiko infeksi penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia maupun sebaliknya.
- Mengurangi resistensi antibiotik.