Urban Farming. Kata yang satu ini tentu bukan hal yang asing lagi, terlebih pada masa pandemi ini, dimana orang – orang memiliki banyak waktu luang dan mencari kesibukan. Bukan hal yang aneh tentunya, karena selain dapat mengisi waktu, dengan melakukan urban farming pun kebutuhan pangan kita juga dapat terpenuhi.
Namun tidak dapat dipungkiri, dalam pembuatan sistem hidroponik urban farming sendiri memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dan teknik yang sedikit rumit. Tapi tenang tidak semua sistem yang digunakan dalam hidroponik itu rumit, seperti sistem wick.
Apa itu sistem wick? Sistem wick merupakan sistem hidroponik sederhana yang menggunakan sumbu sebagai pengganti pompa air. Untuk sumbu yang digunakan, biasanya menggunakan bahan yang mudah menyerap air seperti kain flanel. Kain flaner ini akan menyerap air dari wadah, yang kemudian diserap oleh akar tanaman. Untuk media tanam yang digunakan, kita bisa menggunakan arang sekam, rockwool, dan media tanam lainnya.
Wadah yang digunakan untuk sistem wick juga mudah ditemukan dimanapun dan meggunakan apa saja, mulai dari botol bekas, bak plastik, dan bahkan jerigen bekas. Namun yang terpenting dalam wadah adalah, usahakan wadah tidak transparan. Jika wadah yang digunakan transparan, sinar matahari dapat masuk ke air nutrisi yang dapat menyebabkan lumut, yang pada akhirnya akan menggangu pertumbuhan tanaman juga. Oleh karena itu usahakkan menggunakan wadah yang tidak transparan. Jika tidak ada wadah yang tidak transparan, wadah bisa dicat dulu dengan warna cerah agar cahaya matahari bisa dipantulkan.
Jika melakukan budidaya menggunakan botol, potong 1/3 bagian atas botol menggunakan pisau, atau benda tajam lainnya. Lalu pada bagian atas yang sudah dipotong tadi, lubang 2 sisi miring botol untuk dimasuki kain flanel nantinya. Untuk ukuran kain flanel, lebarnya cukup 2cm, untuk panjang, menyesuaikan dengan jarak air. Lubang juga bisa dibuat melalui tutup botol, hasilnya akan sama. Setelah kain flanel dipasang di lubang, kita tinggal mengisi bagian bawah botol yang telah dipotong tadi dengan air nutrisi yang akan kita gunakan. Lalu pasang bagian atas botol tadi secara terbalik.
Untuk bak plastik, kita hanya perlu mencari tempat menaruh netpotnya saja, seperti papa. Setelah itu diberi lubang yang sesuai ukuran netpot, untuk jarak minimal 20 cm. Untuk kebutuhan airnya, usahakan menyisakan 1 cm dari netpot, agar kain flanel yang digunakan terlalu panjang, dan ketika tanaman sudah besar, akarnya tidak terlalu jauh dari air. Air diganti minimal seminggu sekali agar nutrisi tetap terjaga dan tidak ada jentik – jentik. Karena sistem wick tidak menggunakan aerator, dan air nya juga tidak bersirkulasi, maka air harus harus diaduk manual, minimal sehari sekali.;
Kelebihan sistem wick :
- Bahan mudah didapatkan.
- Terjangkau
- Tidak membutuhkan listrik.
- Mengurangi benda tidak terpakai.
Kelemahan sistem wick :
- Jumlah tanaman yang dibudidayakan terbatas.
- Tidak semua jenis tanaman bisa dibudidayakan menggunakan sistem ini.
- Akar tanaman bisa busuk.
Cara pembuatan bisa dilihat di Youtube Hidroponikpedia.